Langsung ke konten utama

buber juthig.

eh tadi juthig buber :D
iya sih yang dateng cuma 11 cuman rame poool.
gak enake pas arek-arek takut ke aula rumahku karena agak gelap sih emang dan aku sendiri gak ngerti cethekan nya dimana :O
tadi merconan, kembang api an, rame pol. sayang deh raka sama taris pulang duluan.
sempet juga mau gak jadi dan udah diumumin, akhire aku mikir-mikir lagi, jadi deeeeeh .. plin-plan banget ya aku.
dora gak jadi ikut soale dia panas opo emboh lah sakit opo arek iku.
asik pokoke meskipun kita cuma buka es degan dan baru satu jam setelah itu makan kfc. abis kita pesen nya gak bener-bener sih, harusnya langsung pesen ke outlet jangan ke 14022 ._.
aku wegah pooool ngerti a kayak tadi. tapi untung ya rek masih sempet :)
sempet diceramahin raka juga sih pas aku ndadak bilang gak jadi buber, abisnya aku setres gak ada yang ngurusin makannya, yussy deh dateng cepet-cepet, wes ribet pokoke.
akhirnya kita malah baru pesen jam setengah enaman.
taris sama raka SMP .. selese makan pergi. SMK .. selese makan kabur .. itu kunthi yang ngarang, aku cuma ikut-ikutan aja. pas tadi mau ngambil uang di atm meeeeh aja di gonceng raka, lha tapi akhire malah digonceng nonik. sakjane kesempatan loooooh, lek iso difoto dikekno bagas, sopo eroh dhe.e panaaaaaas :p
nananananananana .. tadi raka pulang duluan soale harus jaga rumah, tapi lumayan lah yaa .. wes aku seneng banget intinya. lama nggak ngalamin ndhredheg nya anak juthig yang badung-badung kayak aku. haha.
besok buber lagi sama 83 82, sama bagaaaas :D
wes sesok bagas tak satruuuuuu pokoke. senggol bacok gas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...