Langsung ke konten utama

beberapa tahun lagi

iya, aku baru sadar ternyata postingku yang ke 100 buat indonesia dan tepat pas 17 Agustus. wiiiiih, gak kerasa deh udah ngeblog lamaaaaa ternyata, dari jaman masih pacaran sama 'ss' sampe kesengsem bagas. dari kelas 7 yang masih lugu sampe udah bajingan permanen. dari latian back to december sampe udah latian listen, ternyata hidupku puanjaaaaang ya? jadi terkesan sama hidupku selama ini, mungkin blog ini nanti beberapa tahun ke depan bakal di baca lebih banyak orang ato malah nganggur pol cuma jadi tempat sampah dan ketika aku udah punya keluarga kecil dengan kehidupan yang sederhana aku baca-baca masa aku labil. unyu banget pasti.
nanti aku udah punya keluarga kecil dan ketika aku nulis di depan laptop aku sambil njaga anakku yang paling kecil makan di depanku, jam 12 jemput anakku yang besar di TK atau SD nya. jam 5 mulai masak buat makan malam keluarga, asik ya?
tadi aku upacara di balai kota, sebenernya bangga tapi entah kenapa agak .. males. capek aja sebagai pelajar malah gini padahal inti nya aku cuma disuruh sekolah kan? belajar kan? lah kenapa malah begini .. cara pandangku beberapa bulan ini emang agak nyeleneh ya? jiwa bajingan mungkin sudah merasuk di tubuhku.
beberapa tahun lagi, aku pengen bisa sukses, bajingan baik-baik yang berhasil sukses, asik kan?
eh sek, ini jam berapaaaaaa? besok aku sekolah, aku tidur dulu.
*gak sopan*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...