Langsung ke konten utama

DORA DORA DORAAA

terimaaaaaa kasihkuuuuu kuucapkaaaaaan
untuuuuuk dora yaaaang kusayaaaaang ..
-hymne dora-
hahahahaha, ini iseng sih sebenernya aku bikin gini.
soalnya dora udah bantu aku ngerubah template blog, dirombak abis-abisan. dengan jumawa kita manfaatin wifi sekolah pas pelajaran bahasa indonesia. ini sumpah ngebosenin banget, dia itu semacem paman mustang gituh, cuman yang ini punya jabatan jadi lebih nyo to the cot. eh sorry aku ngomong kasar lagi ._.
template blog ku ganti luooowch .. jadi lebih dewasa gitu, padahal yang tambah tua hari ini kan bukan aku -..- aku masih imut lagiiiiii #pedebat
ini postingnya juga di laptopnya dora. hari ini padet banget nget nget jadwalku, ngeprint, beli amplop, latian di paksen. sebenernya gak penting sih latiannya, abis ada kabar persaminya 'masih diperjuangkan bapak eko tercinta' TERUS NGAPAIN AKU LATIHAN TIAP HARI DONG DJANE?
hari ini aku sama dora sama-sama mbenerin blog. blognya dora udah lama gak dibukaaak :o
sumpek pol aku hari ini, tapi aku sueneng udah berhasil nyelesein masterpiece ku dalam dua jam :p
bayangin deh, biasanya aku bikin cerpen dua halaman aja seminggu belum tentu selese, ini 5 halaman dalam 2 jam! ya iya sih space nya 2,5 :D tapi pas aku bikin space nya cuma 1,5 kok dor -..-
sek yaaa aku tak ngeladenin orang banyak mulut yang satu ini. dadaaaaa dadaaaaaaa
mari kembali kita nyanyi kan lagu kebanggaan kita, hymne dora.
satuuu duaaaa, trimaaaaa kasih kuuuuuuuuu kuucapkaaaaan .....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...