Langsung ke konten utama

bayu raditya keswara.

please yang baca ini. jangan ngasih tau orangnya.
jadi bayu ini anak kelasku, duduknya sama fina di belakangku sama pras.
dia itu buaik bet dan mukanya foto kopian sama mas danniar.
virza ngefans pol sama bayu. bayu aku fina pras. klop. mangkane 82 tambah rame.
dulu pas kelas 7 bayu itu suka tak jelek-jelekin. soalnya kan kelasnya bayu di sebelah kelasku, kita suering wes gontok-gontokan meskipun gak ngerti nama satu sama lain. dari yang tak ejek 'mau jilbaban' sampe tak ejek 'macho' maksudku yo macho dalam arti laen yang jelas -.-
dalam bayanganku, bayu itu dengan mukanya yang ndoweh itu, palingan dia yo gak asik. eh tibake asik puol. berbudi luhur. gak pernah lupa sholat tapi tadi gak jumatan. bayuuu. trus dia itu bayarin kartu timezone, nambahin tiket buat nonton harpot7part2. aku duduk di sebelahnya :3 sumpah gak nahan aku di sebelahnya melting puol. tak perhatiin orang ini puersis mas danniar, cuman ya gitu .. bayu ya belum sedewasa mas dann lah. coba bayu agak sedikit brutal gitu paling banyak yang suka.
kata dora bayu lek arep dolen nuiat. sangune uakeh. terserah se sakjane. tapi dhe.e bener-bener uasik. i looooove time warp. karena bayu banyaknya waktu yang terlewat jadi gak kerasa.
aku speechless banget. munafik banget kalo aku bilang aku gak sayang sama bayu, aku sayang sama bayu tapi yo sebagai sahabat. seleraku tetep badboy model bagas. cuma anjing yang enggak bad. anjing kan tipe belajarterusmenerus :p
sampe sekarang aku kalo lagi sendirian sek suka mikir bagas. iya seh bayu ada. tapi kan itu 'jalaran soko kulino'. kelamaan sama bayu jadinya kepikiran bayu. tapi bagas lebih .. lebih gitu lah. susah ngejelasin tapi aku kan pernah bilang revy aku suka sama petir, petir itu misterius, datengnya gak diduga, tapi sekali dateng bisa matiin orang. kueren pol pokoknya.
aku kangen guyon sama bagas. sama bagas aku bisa jadi mich yang ngomongnya gak dijaga, jadi mich yang ngakaknya gak ketulungan. aku kangeeeeeeeeen gaaaaaaas. aku buingung caranya bilang ke bagas gimana. sampe sekarang aku cuma bisa menduga-duga kira-kira bagas gini gak ya bagas gitu gak ya. ada kesenangan tersendiri. hahaha.
udah segitu aja ceritanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...