Langsung ke konten utama

wuff :3

njing tiba-tiba aku kangen kamu. aku mati gak ya kalo kangen kamu?
coba ngangenin kamu dapet pahala, aku nyolong ayam tetangga tiap hari aku masih masuk surga kali ya njing.
ya pertamanya aku bener-bener males njing sama kamu abisnya kamu banyak bacot.
sekarang kok jadi kangen ya, biasanya kamu nyuruh aku mandi, sekarang aku sampe jam segini belum mandi juga kamu nggak ngingetin. aku beneran nggak mandi seminggu nih kalo kamu gak ngingetin, ingetin gak! #ngancem
sorry njing aku bikin kamu repot terus. kamu nggak papa kan njing? :(
yang waktu itu kamu bilang, 'iya aku ngerti. aku kan cuma pelampiasan'
ah njing itu jeleb beyudthz tau gaaaaak. sebenernya nggak gitu njing, ya aku chuyunk kamu tapi waktu itu kan beda ceritanya njing. maklumin yaaaa.
kangen kamu beyudthz njing. aku inget yang waktu itu kamu bilang mending ngingetin aku mandi daripada ngingetin aku makan, kalo ngingetin aku makan trus besoknya aku tambah gendut pasti aku nyalahin kamu. hehehehe. aku inget kamu kok njing yang pinter ngomong, yang imut, yang unyu. ya .. enggak juga sih sebenernya, tapi gapapa deh sekali-sekali biar kamu seneng.
ayo liat-liatan lagi njing sampe aku kelilipan.
ayo ngomentarin orang-orang itu lagi njing.
ayo ke taman safari yuk njing yaa.
nanti kalo kelas 8 aku mau belajar tekun njing biar bisa satu SMA sama kamuuu.
tunggu aku ya njing. nanti kita seneng-seneng lagi.
bantu aku biar makin sayang sama kamu ya :)

tertanda,

gukguk, mich. wuff ! :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...