Langsung ke konten utama

padat merayaap

ngakak. liat di tweet mas-mas mbak-mbak bikin yang hashtag nya #smp5moments. kenangannya lucu-lucu, ada yang mengenai bu surip latah 'eh jaran' iku biasane aku sing nggarai. eh dosaaaa, dosaaaaa.
ngusilin orang di hidupku sama dengan hiburan tak terkira, kayak yang tadi-tadi itu sampe bikin genon nangis perkara dia kebelet pipis tapi nggak tak anterin ke kamar mandi trus tak suruh pipis di wastafel, eh nangis dia, apa salah hambaaaa? trus barusan genon marah soalnya aku bilang ke bu marinda genon pacaran. lho kan bener, tapi bu marinda gak denger, GITU AJA SAMA GENON DIBIKIN RIBUT, PELIS DEH NON, MAS ADIT IKU MARI MBOK CEKOKI BANYU TAJIN TA KOK NURUT TEMEN. masa' aku yang bikin gara-gara dia marahnya sama mas adit pacarnya yang nurut itu. katanya, 'aku iki backstreet ayahku gaeroh, engkok lek bu marinda eroh aku dikandakno ayahku, GAK LUCU GUYONMU' dalam hatiku, aku udah mendidih, 'LHA KON AKU SERIUS MBOK GAWE GUYON IKU MBOK KIRO LUCU A' aduh jadi emosi. tapi peliiiiiiiis deh non, gitu banget sih kamu. kamu cuma PACARAN bukan KAWIN LARI.

aku ada proyek bikin cerpen buanyak sampe bikin nangis. tapi ya mau gimana lagi, aku sek males nulis, pasti sekarang tulisanku jelek. gimana orang bisa nangis kalau membaca saja sulit. aku capek baru beresin buku di loker trus naik turun buat ayah. huhuhu. aku terharu. sebenernya ada rasa males sih naik turun tangga buat nganterin ini itu, tapi aku inget ayah sering nemenin aku ngobrol, ngajak aku kesini kesitu masa' aku cuma suruh ke atas aja males. ayah cepet sembuh ya :*

hidupku perlahan-lahan, secara padat merayap telah berubah sedikit demi sedikit. ya kadang masih menye-menye TAPI AKU PUNYA PUJAAN HATI LAIN. bahagiaaaaa. tapi ya kayak kak mal gitu, udah deket tapi gabisa deket. ngerti maksudnya? sebenernya udah deket dan bisa, tapi beberapa hari ini kayak gimanaaaa gitu. aku nyesel bet baru deket sama dia pas udah lulus gini. penyesalan selalu datang di akhir cerita kawaan. jadi inget ceritanya mas dann sama virza. HWAHAHAHA DOAKAN YA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...