Langsung ke konten utama

orang lama yang diperbaharui

hampa terasaaa hidupku tanpaaa dirimuuu.
hidupku hampa banget rasanya pas liburan gini, di rumah cuma nganggur. mau jalan tapi kemanaa. mana duit udah mepet. di rumah kerjaan ku hanya mikirin njing dan mas tuing. kayaknya aku mau suka mas tuing lagi #oops!
tapi iya loh tadi pagi bangun tidur aku mikirin mas tuing. begitu aku inget dia ketawa aku ketawa sendiri, mas itu kan emang dari sononya udah imut, mas itu loh. yang matnya dapet 10, hahaha. dulu pas aku MOS aku suka sama dia soalnya dia keren, dulu. dia pinter, aksel, sekarang udah lulus. mukanya mirip aku sih. cuma aku lebih mancung (pede abis). dulu saking cintanya aku udah tau semua anggota keluarganya, alamat rumahnya, semua prestasi yang pernah dia dapet, temen paling dueketnya sampe orang-orang yang pernah digosipin sama dia. waktu itu dia ulangtahun, trus aku ke kelasnya ngasih kado, unyu nyaaa. gimana kabarnya ya dua komik itu, kalo gak salah dulu itu aku ngado one piece sama conan :3
dia orangnya nggak terlalu terbuka, lebih asik di dunia nyata daripada di chat. tapi aku suka, apalagi kalo hari senen, dia olahraga, aku juga. tapi beda jadwal. lucu gitu perutnya tuing-tuing, pas jadi pratama itu lo ya ampun pengen tak remet, gemeeeees -.-
mungkin aku harus kembali ke kehidupan lamaku ya. kayak soal mas tuing ini. sampe sekarang aku masih punya fotonya loh. yang paling ganteng! :p
maleh salting seh aku. haha. tapi kalo sama mas tuing ceritanya paling cuma gitu-gitu aja, masalahnya kita udah gak sms, chat juga enggak, dia jarang online. dia masuk SMA mana aja aku gak tauuuuuu. sekali dia online aku nggak pernah peduli buat ngajak chat, trus kapan cedhek.e miiiiiich -.-
iya wes gampang, tak ada tuing anjing pun jadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...