Langsung ke konten utama

ngik ngek ngik ngek

keki banget deh ya kalo lagi becanda sama virza, mas dann, revy, dora, dan lain-lain trus mereka berdua asik sendiri pacaran. dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak, pas mereka berduaan di belakang rasanya pengen tak panggilin bu sriwati atau sekalian pak san sama bu deasy. pengen nyuakaaaaar. pas di dahlia juga, kita guyon eh mereka gitu, ketawa berdua, malu-malu, duh nikahin aja deh. kelamaan tau gak. manggilnya pipo mimo. kalo aku punya pacar mau tak panggil njing aja. njing, aquwch chuyunk kmoewch cwelaluwch.

aku gak mau ngomongin insiden kecil tadi, bukan prihatin aku mau ngakak ngerti gak. kayak anak kecil aja pake tawuran begitu, gurunya juga kayak gatau cowok aja. please deh, mereka kan cowok, luka gitu aja kok .. di badanku penuh lebam yang lebih dari itu dan kalo dipegang nyeri sama panasnya lebih dari koyo cabe. ini soal diriku bukan mereka. beberapa bulan ini kalo aku lagi sebel aku suka menciderai diriku sendiri. dari nyaduk-nyadukin lemari buku di bawah meja laptopku ini sampe kakiku sakit. di pahaku juga ada sayatan kena pinggir meja sama ketatap pintu. ya sakit tapi waktu sakit rasanya semua plong. kayaknya aku juga harus ke psikiater kayak om .____.

aku tadi nyapa abang. eh iya lupa. you have to stop living in the past.
susahnya ngebuang masa lalu sama dengan susahnya kembali ke masa lalu. kecuali aku punya doraemon, eh iya sih ada doraemon tapi dia nggak punya kantong ajaib, sekalipun ada paling isinya cuma duit, gapapa seh duit juga berguna untuk hidupku, apa sekalian dorayaki? duh galau deh, duit apa dorayaki -.-
aku lagi seneng guyon sama nurin, guyon nya ceplas ceplos, HWAHAHAHAHA, 'alah ngakumu pizza biasane mangan bothok ae kok' jadi ketawa sendiri, ahahahaha.
hidup nggak cuma berhenti karena 'itu', hidupku masih panjang. kalau aku berhenti, semua takdir itu sia-sia. mendesain rumah saja sulit apalagi mendesain hidup manusia. mumpung lagi galau aku pengen bikin cerpen sebanyak-banyaknya, kalo bisa bikin orang nangis bacanya, hehehe.

beberapa hari ini aku gak reket sama dora, dor aku chuyunk kmoecwh pkughneaa ..
dorrrrrr, pkughneaaaa agkoewch chuyungk kmoewch clamanaaaa mumumumumu :*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...