Langsung ke konten utama

mulai menikmati hidup

aku lagi sukses banget akhir-akhir ini.
tadi aku liat majalah massa, majalah sekolahku yang dibagiin ke anak kelas 9, trus disitu ada cerpenku yang dibuat lomba tapi gak menang, judulnya 'purnama', eh gilak eh aku sendiri kaget liat cerpenku disitu, mana desainnya ungu gitu kayak blogku :3 sayangnya namaku nggak dicantumin disitu, alaaah.
virza juga bawa-bawa cameranya yang fuji semipro itu, aku suka mainan sama itu. tadi aku njepret mbak inne buat abang, trus pas abang tak panggil buat tak tunjukin fotonya, abang malah gitu. yaudah, aku njepret mbak inne buat abang soalnya waktu itu abang njepret mbak inne pake camera boldnya. ketauan lagi. masa' nggak malu? daripada sembunyi-sembunyi mending sekalian aja tak fotoin, tak zoom, pas mbak inne senyum. abang nggak bisa ngelupain senyumnya kan? tuh aku kasih buat abang.
kata revy sama virza jepretanku bagus-bagus, aku pengen camera kayak gitu, tapi aku tadi mau minta eh ayahku sakit. jarang deh liat ayah gini, sekarang kalo jogging sendirian, nggak sama ayah. tadi ayah pergi nggak tau kemana, trus aku yang bawain baju-bajunya ayah. baru sekarang aku liat ayah kayak gini. nggak berani liaaaaaaat.
besok-besok kayaknya aku nggak ada yang njemput dari sekolah. coba aku punya pacaaaaaar. beberapa hari ini terancam sakit soalnya sering nggak sarapan, nggak makan siang. makan malem juga jarang. tambah kurus yaaa horeee. tapi pasti nanti ayah marah .__.
kata mas om cerpenku bahasa nya puitis bet. semua karyaku itu nggak akan kayak gitu kalo nggak ada bu nirmala yang jadi inspirasiku, aku sayang bu nirmala. bu nirmala sekarang cuti melahirkan, dedeknya cowok apa ceweeeeeeek.
ntar kalo foto jepretanku udah dikirimin virza, mau tak kirim ke abang lewat wall. biarin biar malu sekalian.
eh sumpah aku pengen banget jadi pacarnya mas itu, meskipun mukanya kayak gitu, tapi dia asik lo orangnya. jadi heran kalo ada cewek yang suka nganggep remeh dia, padahal dia itu orang hebat, seenggaknya ya dia bisa ngehargain orang lain, nggak kayak ...
nyesel deh bakatnya mas ini keluar pas udah lulus, coba dia jago nyepik dari dulu, mungkin dia bisa dibikinin ekskul nyepik, trus murid sepikpersepikannya dari seluruh indonesia, abis gitu dia dibukain sekolah nyepik. wih aku nggladur gini.
di belakang sekolahku ada bambu yang modelnya kayak dibikin tangga gitu, kata bagas sama ikum itu buat ekskul grafitti. nyambung.a mek judul postingku? -.-
kayaknya aku bakat di dunia fotografi dan tulis-menulis. cuma sayang banget aku nggak punya modal. betapa sayangnyaaaaa aku sama dua bidang itu. mumumumumu :*
masa' tadi raka db bilang dia mau tanding basket, aku seneng, trus lanjutannya dia mau pinjem baju basketnya abang, aku mencak-mencak, raka tak uyel-uyel trus katanya kalo enggak ya nggak usah gapapa, aku jadi ngerasa bersalah sama raka, duh kaa jangan ngambek lagi, ntar kamu ngambek kayak pas itu.
kawan-kawan, sebenernya dia bukan pacarku, aku sek gurung ngomong opo-opo karo dhe.e tapi aku mulai pegel karo abang dadi aku mulai seneng dhe.e, please ojok soraksoraibergembira ngono, aku manggil dia anjing soale dia pernah bilang .. gausah tak terusno wes engkok tambah gedhe gosip.e, sing jelas aku sayang dhe.e tapi dhe.e gak sayang aku.
aku pengen punya pacar yang bisa ngajarin aku jeprat jepret. tapi susah deh carinya? ._.dari kemaren aku ndengerin lagu galau, jadi tambah galau. aku gatau mas itu bilang ke siapa tapi itu bener,
Girl, can you wake up from your dream about he does love you, the TRUTH is HE DOESN'T LOVE YOU
jeleger bet. nyesek. tapi ya emang gitu kan ya. walopun aku gak ngerti mas itu bilang ke sapa, tapi ini jeleb banget buat aku. eh iya, namanya mas fikar bukan mas itu -_____- yang ponakannya unyu itu lo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...