Langsung ke konten utama

kamu, ya. kamu.

eneg sama kelakuanmu. tak kira yang malem ini dateng siapa.
eh ternyata malah dia, bawa anak kecil. soalnya aku bilang aku gak ada temen main.
bagus deh dia pengertian gak kayak kamu, tapi segimananya aku ke dia aku pikir dia itu mau bikin aku ketawa trus bela-belain nyetir, nunggu lama gitu, bawa anak kecil, itu cuma karena dia temenku dan dia cowok.
namanya pacarku. katanya dia baca blogku, tapi dia maksaan kayak kamu, meskipun gak diterima masih ngotot, dia perhatian, baik tapi aku juga maksaan, aku pengennya kamu.
kita kenal sebelum aku kenal kamu, trus aku malah kecantol kamu, eh dia kecantol aku, idupku kayak sinetron ababil murahan.
aku punya 'shoulder to cry on' ku di dia, yang padahal pundaknya nggak kayak pundakmu, nggak ada gagah-gagahnya kayak kamu, waktu kamu bilang mbak inne itu summer mu dan kamu tom hansen nya aku cuma mau jadi autumn, tapi sekarang aku jadi summer dan tom hansen nya dia, puas kamu.
dia aku manfaatin. dan dia tau itu. dia nggak sepinter kamu, dulu kamu emang kalah sama dia, tapi sekarang dia kalah sama kamu, kamu sama dia pribadi yang beda, kamu yang sporty dan dia yang belajarnya serius itu. dia tak manfaatin ngajarin aku pelajaran ini itu yang ternyata nggak dia ajarin malah dia tanya-tanya soal hidupku, trus waktu di tengah-tengah tanya dia malah diem, liat mataku, tapi aku cuma senyum, nggak balik liat matanya. beda kan sama kamu? masa' pernah kamu liat aku.
dia liat aku berjam-jam dan waktu aku sakit cuma dia di sampingku, keluargaku gak ada, kamu gak ada, kamu telat, dia udah duluan, dia bahkan bawain peralatan P3K lengkap, duh plis aku mek masuk angin bukan mau donor darah, tapi ya aku menghargai usahanya. seenggaknya aku tau dia itu orang yang luar biasa hebat.
aku tau dia baca blogku jadi karena hari ini aku nggak berani bilang langsung aku bilang lewat sini, tiap online dia pertama baca blogku, kamu? gak ada kepastian. 
aku nggak tega nolak dia soalnya aku tau aku sayang dia, tapi sayangnya beda, aku sayang dia karena dia peduli aku, aku sayang kamu karena aku merasa kamu sayang aku, padahal nggak.
kamu berharga buat aku, tapi dia berharga juga buat aku. bedanya aku nggak berharga buat kamu tapi aku berharga buat dia. sayangnya aku suka dihargai, aku harap dengan cara ini aku bisa ngelupain kamu dan bisa jadi orang yang pantes buat dia, nggak cuma sekedar orang yang bisa manfaatin dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...