Langsung ke konten utama

chippin

posting ini untuk sahabat saya tercinta,
Rr. Shelvynsta Vanessha.

chippin itu sebenernya baik, dia rela berkorban, meskipun suka resek biasanya.
inget kan waktu aku cerita soal anak kecil yang ngambil bola di rumahnya dia itu? itu bikin aku ngakak banget. tiap hari chippin selalu bisa bikin aku ngakak. meskipun aku suka bilang dia bego. waktu itu pernah aku ngatain dia bego, dia ngambek 3 hari.
aku hampir 3 bulan duduk di sebelahnya chippin, aku masih inget banget dulu sering main gardenscape sama chippin pas pelajarannya bapak besar alias paman mustang tersayang itu. laptopnya chippin kan kecil jadi kalo main nggak ketauan.
chippin suka ngirim sms yang nggak penting, tapi justru nanti kelas 8 aku pasti bakal kangen sama sms-sms nya yang bisa dibaca aja enggak.
beberapa hari ini smsnya chippin kok berisi ya, yang waktu itu katanya, 'nanti kalo kita kelas 8 trus ngumpul bareng juthig pasti kita dirasani' jeleb. hatiku tertohok begitu dalam. sebenernya kalo diajak bener chippin juga bisa bener. aku yakin kok.
kata chippin pas aku curhat banyak soal anak-anak yang punya pacar dia bilang, 'yo lek arek-arek iku nyelimur trus ngomongno pacare kon menengo ae engkok lak mandheg-mandheg dhewe', bener juga ya.
aku seneng kalo chippin ngelirik ke atas sama kacamatanya agak melorot. ih cantiknya temenkuuuu.
chippin itu suka tiba-tiba bilang 'mas om' padahal aku sendiri gak ngerti apa maksudnya. sampe sekarang chippin suka gitu, sampe sekarang juga aku biasanya manggilnya ikutan mas om -.-
ini chippin, aku foto diem-diem, chippin gak suka difoto.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...