Langsung ke konten utama

menggila karena enggak bisa posting

sorry beberapa hari ini saya enggak posting secara rajin , padahal dulu - dulu aja sehari posting tiga kali :p kata 'someone special' saya kayak minum obat . bener saudara - saudara , ini obat anti frustasi buat saya , sampe saya dapet masalah bego .. modem saya nggak kuat buat posting (lagi)

dia bisa dibuat posting cuma sekali , abis itu enggak bisa lagi , ah gilak , gak ngerti ya blog itu hidup dan mati saya . untungnya salah satu teman saya satu kelas , sebut saja McLoem , eh salah .. Mbak Loem , berhasil membuat bisnis kecil - kecilan yaitu rental modem , eh enggak juga sih , modemnya satu buat gantian . tarifnya alhamdulillah masih terjangkau kantung saya yang sudah mulai tipis karena kebanyakan dirampok big brother (emang abang saya gede kok , enggak percaya ?) dan enggak pernah ditambahin sama big boss (ayah saya maksudnya , kasian deh akyuuu)

biar saya jelaskan , biasanya untuk satu jam diberi 2000 rupiah , tapi saya biasanya pinjem setengah jam , elahdalah ternyata cuma kepake sepuluh menit , jadi digratisin , ya baguslah Loem , jakat .. eh salah .. sodaqooh , bentar , apa bedanya sih ?

beberapa jam yang lalu saya abis ndengerin siraman rohani serta konseling pernikahan dari paman mustang , katanya kalo cari suami yang pertama kaya , kedua seiman , ketiga syarat fisik , ini cari suami apa persyaratan masuk sekolah sih boyyyy -.-

ini saya posting pake notebook temen sama numpang wifi sekolah , bener , saya nggak modal banget , abisnya gimana doong ? :p

udah ya , saya mau lanjut ketawa dulu

M-150 BISA! (?)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...