Langsung ke konten utama

hanya saya yang paham

paham gak ? ah gak mungkin .
yang paham cuma saya bagaimana hidup saya bisa berlangsung sejauh ini tanpa kendala , dan yang paham hanya saya bagaimana percintaan saya bisa jadi begini .

jenuh ? mungkin iya , entah saya entah si 'ss' yang jenuh , tapi jenuh adalah salah satu penyebab bagaimana hubungan kami jadi begini .

ngerti kangen ? yak , pasti ngerti , saya kangen , sama siapa ? sama 'someone special' , ngapain kangen , ketemu setiap hari ? pertanyaan bagus . kangen pada 'someone special' dan apa yang kita lakukan dahulu .

saya kangen sama 'titik dua bintang' , kangen sama '115 halaman'
kangen sama banyak hal , kangen sama hidup saya yang dulu

ah , gak ngerti mau ngomong apa , gak ada yang bisa diomongin . sama kayak kita , nggak ngerti apa yang mesti diomongin , kehabisan topik ? mungkin iya

kayak status saya pas masih alay : 'bingung nih mau ngomong apa'
gak ada yang nyuruh saya posting blog sih sebenernya , dorongan batin aja (siapa si batin itu berani dorong - dorong ?)

bukan batin , hati nurani , ngerti kan ? dunia ini penuh dusta dan yang jujur cuma hati nurani sama Tuhan dan para 'awak kapalNya' . enggak , hati nurani saya nggak pernah boong juga , dia tetep suci kok , cuma saya aja yang nggak pernah denger apa omongannya .

ini buat 'someone special' saya yang semoga masih suka baca posting saya di blog walaupun saya mbahasnya cuma dia -dia aja .

aku bosen , iya bosen . bosen harus diem - dieman , bosen sewot - sewotan , bosen denger sangka - sangkaan 'marah ya ?' , bosen sama hanya sekedar liat - liatan , aku pengen ngomong langsung soal ini tapi daritadi aku ngechat ngasih tanda - tanda biar kita bisa ngomong langsung ternyata sia - sia , katamu kalo ada yang ngganjel langsung ngomong aja , tapi kalo aku ngomong langsung pasti kamu bakal pasrah kayak biasanya , ya kan ?
kalo seandainya tadi ada penulis atau sutradara pasti cerita tadi itu udah masuk ftv atau seenggaknya novel ababil yang biasa kamu omongin .

gak ngerti deh , postingan ini kok susah banget nulisnya , apalagi setelah saya mendengar kata galau , walaupun dia online sampe nanti pun saya gak ngerti mau ngomongin apa , aa saya galau (?)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...