Langsung ke konten utama

baru sekarang merasa begini

dalam hidup , saya nggak pernah deh yang namanya pengen mati pengen mati , soalnya dalam hidup saya merasa tidak ada sesuatu yang harus tidak disyukuri dari hidup saya , paham gak ?

saya punya temen - temen yang siap membantu kapan saja dan enak diajak hahahihi ria , punya orangtua yang nggak suka ngeblablablain , mas yang stand by nganter kemana" , pembantu yang resek nya setengah mati dan suka bikin kuping berasa sinting , pacar yang pengertian sekali sampe

semua hidup begini kan ? ada yang enak dan ada yang enggak , tapi menurut saya hidup saya enak - enak aja , ini buktinya :


  1. saya punya ayah yang menurut saya pengertian sekali , jadi saya enggak salah jika mencari pacar yang figurnya mirip dengan ayah saya
  2. saya punya kakak yang walopun ngomongnya ngebentak - bentak terus dan males mandinya naujubile tapi semangat ngerjain rumah baru biar cepet pindah dari rumah ini dan keluar dari kamar kami yang udah nggak cukup menyimpan barang - barang para pemiliknya (yo jelas , bass , gitar , keyboard , dilungkas drum)
  3. punya pacar yang pengertian banget meskipun saya marah - marah terus , rela berkorban sejadi - jadinya orang berkorban , rela .. ah banyak deh walopun sebenernya kita cuma sering ngobrol lewat chat dan sms , sesekali telfon , tapi ah , aku cinta dia (?)
itu 3 pria yang membuat saya merasa hidup saya serasa nggak ada yang harus nggak disyukuri , sampe saya tertegun pada : REAKSI PUBLIK

bagaimana publik berpendapat tentang diri saya adalah satu hal yang menurut saya salah satu yang tidak bisa disyukuri , capek . bener , capek banget sama kelakuan saya sendiri yang jadi bahan omongan orang kalo si mich ini begini begitu . ngomong - ngomong soal pendapat orang saya juga lagi berpendapat kalo sahabat - sahabat saya mulai membenci saya . saya merasa bersalah , sangat , saat bagaimana cara saya mengecewakan sahabat saya sendirian ikut berpanas - panas dan ternyata dia nggak jadi apa - apa , damn , saya bodoh sekali . ok , apa sih gunanya mbodoh - mbodohin diri sendiri ? enggak ada , stop bilang saya bodoh . seandainya hidup bisa di ctrl + z hidup saya pasti tentram , but .. ini kenyataannya , kapan sih hidup bisa balik ke ini balik ke itu , gak mungkin , yang bisa saya terima hanya menghadapi kenyataan yang ada .

galau , setelah ngerti arti galau saya mulai galau . galau bagaimana jika semua sahabat saya mulai membenci saya dan bahkan memicu lagi api yang sempat redup beberapa bulan yang lalu , ngerti kan ?  kayak gimanapun dia , dia tetep sahabat saya kok , walaupun dia kadang sedikit agak tulalit , walaupun dia sering saya bego - begoin dan sering saya bikin bercandaan , saya tetep nganggep dia kok , saya ikut sedih saat dia sedih , saya ikut marah saat dia marah , saya ikut bahagia saat dia bahagia , dan saya benar - benar menjadi diri saya saat saya bersama dia . bener - bener si mich yang gak pernah mau diem kalo ada orang lain yang bener tapi disalah - salahin .

kadang saya bertanya sama diri sendiri , 'kapan mich bisa jawab 'so ? penting ?' atau 'o' , 'y' saat temennya sedih ?' nggak , sejelek - jeleknya sifatnya si mich kayaknya mich nggak segitunya deh
-________________________________________-

ah mboh , galau (kosa kata baru)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...