cita-citanya turut mengukir cita-citaku. ketika kami masih memakai seragam biru tua dengan atasan putih, ia ingin menjadi dokter. semenjak itu aku ingin jadi dokter, belajar biologi habis-habisan, aku isi semua latihan soal di buku yang kami beli untuk mendukung terciptanya nilai yang indah dipandang di surat kelulusan nanti. aku berhenti berjuang ketika seragam putih abu-abu melekat pada tubuhku, aku tidak perlu menjadi dokter, aku tidak bisa menjadi dokter, ilmu sosial lebih cocok untukku. tapi ia tidak, ia tetap berjuang. berjuang untuk cita-citanya bukan untuk adanya kita. kami tidak lagi berjuang bersama-sama. lucu rasanya memikirkan bagaimana aku masih bisa teringat bahkan terisak akan hubungan kami yang kandas begitu saja tanpa adanya alasan yang jelas. mungkin hari itu aku hanya terlalu salah, mungkin hari itu ia hanya terlalu lelah, yang jelas kami berpisah. sudah tidak lagi ada cinta yang menggebu dan hasrat untuk membahagiakan satu sama lain. kukira semua orang akan bersyuk...
the journey of life where nothing goes right and nothing goes wrong.