Langsung ke konten utama

what so irritate me

jadi selama ini, i'm a moslem.
aku islam ktp. tak akuin aja sebelum dicerca habis-habisan.
the thing as a moslem is, i love christmas.
suka suasananya, suka semua pernak-pernik dan tradisinya meski nggak ikut merayakan. karena umat nasrani itu seems so happy about their christmas. jadi bener-bener semuanya kerasa ikut seneng. dan mereka terlihat amat sangat rukun sekali ketika christmas, ataupun enggak, sama aja. intinya mereka itu kayak emotionally stable.
they care about each other.
sampe sekarang aku nggak tau kenapa kok ada orang muslim yang tega-teganya memperolok mereka dan Tuhan mereka. meski dalam agama islam mereka disebut kafir dan sebagainya, sebagai manusia aku nggak merasa punya hak untuk menghina keyakinan mereka. orang-orang yang kayak begitu yang bikin aku kadang ragu buat jadi islam atau enggak. i'm ashamed.
ada lagi orang-orang yang ngetwit, ngebroadcast, pokoknya yang menodai islam dengan aturan-aturan yang nggak bener dan nggak ada di al qur'an ataupun hadits. kayak pas kejadian ngucapin selamat natal yang katanya nggak boleh. i hate felix siauw too much. first, dia menyetarakan ucapan selamat natal dengan dua kalimat suci, are you serious? kebodohan macam gini yang bikin aku males sama orang islam yang terlalu serius. bego banget. dua kalimat suci, syarat seorang hamba masuk islam. kok bisa-bisanya disamain sama sekedar ucapan selamat natal. that's not defense your religion, it makes you and others in your religion seems more stupid.dan si bapak guru super genit itu. you don't have to know about this, but i still think orang yang ngajar sebagai guru, apalagi guru agama nggak seharusnya bertindak seperti itu.
belum lagi kelakuan orang-orang islam yang demo atas hal-hal yang nggak penting, kebanyakan demo karena sesuatu yang berkaitan dengan kaum non muslim dan mereka merasa terganggu karena itu, padahal itu hal yang ketika orang muslim lakukan sebenernya kaum non muslim nggak merasa terganggu dengan hal itu. mereka itu kaum minoritas.
kalian mayoritas kok masih minta lebih. do you ever think how it feels like to be one of them?
orang-orang kayak gitu yang menodai citra islam di mataku dan mungkin juga di mata orang lain. aku masih percaya sampe sekarang islam bukan agama yang kayak gitu. titik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...