Langsung ke konten utama

#SALAH

iki tak jelasno dengan bahasa sing gampang mbok cerna.

kon rek, sepisan maneh tak duding kon, kon iku, #SALAH.
mindset mu #SALAH

sepurane aku ngomong gak onok judule moro nyalah-nyalahno awakmu.
iki perkoro selingkuh rek.

aku wedok, aku tau selingkuh, tap niatku guduk gawe golek pacar maneh, tapi to fix someone's life.

lek selingkuh iku sing salah mesti loro-loro ne rek, gak mungkin salah siji.
opo o aku ngomong ngene ? soale wong-wong mesti ngene ,

lek pacare lanang dan selingkuh, sing salah mesti wedok e. pacare iki mesti mikir lanang e digudo.

lek pacare wedok dan selingkuh, sing salah mesti wedok e. pacare iki mesti mikir wedok e nggudo.

PADAHAL si lanang e iki yo iso nggudo, dan lek wedok e gak nanggepi yo gak kiro terjadi perselingkuhan iku. dan lek wedok e nggudo tapi lanang e gak ngerespon wedok e pasti mandheg nggudo.

trus lek kon moco ndek situs-situs utowo majalah sing ngongkon awakmu mutusno wong lek dhe.e selingkuh, iku yo #SALAH. sing bener.... iki tak ajari.


  1. menengno ae. 
wes, kon meneng dhe.e meneng. lek dhe.e gak njaluk sepuro yowes menengo ojok dicedheki. lek dhe.e nyedheki tapi gak njaluk sepuro yo tanggepono sak perlune. aku eroh kon kangen, tapi kon gak perlu kangen dan sayang-sayangan lek wes ngene, kon perlu mendinginkan pikiranmu cek pacarmu gak mbok bacok.

wes rek, tips e siji iku thok. gampang kan. semua senang.
aku sakjane pingin ngekeki tips menjaga pacarmu cek gak dijupuk wong, tapi laptopku lobet. dadi sik aku tak adus sik. dada pahaaaa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...