Langsung ke konten utama

yang tersakiti

hari ini, 20 Oktober 2012, merasa bahagia. jadi pulang sekolah deryan-virza, pia-dede, dan hermawan tercinta main ke rumah, nonton filem. pia sama dede pulang duluan sih, hujan soalnya dan dede disuruh pulang. tapi deryan sama virza tetep lanjut nonton. kita nonton coraline bertiga sambil maem camilan. trus nonton videonya AKB48 sama JKT48 juga o.O entah kenapa hari ini pengen manjain hermawan, lagi pengen sok mesra pake sayang-sayangan sama hermawan, jarang banget.ada angin apah. kayak merasa apa ya...udah bersyukur banget lah intinya, kayak tiap mau 'macem-macem' itu udah ga bisa gitu...

oh well, cuma disini aku bisa cerita. jadi ini tak ceritain. meski udah merasa ga bisa 'macem-macem' tapi tiap ketemu target ya tetep aja ada sesuatu yang bisa dibikin WOW.
tadi papasan sama mas toyib, trus dia semacem nggarai aku, ya gamau GR, aku kangen he :( sak gimana-gimananya skandal kita, aku pancet koncomu..............
sebenernya siapa sih yang gak ngebolehin kamu guyon sama aku kayak dulu ? dia ?
trus liat fotoku sama mas toyib ini pas ke JP bareng-bareng..tak pindah ke HP. norak ya. biarin.
akhirnya malem ini gak kemana-mana, cuma ke teysa's sama ayah, itu pun bentar, dan ketika dateng disambut dengan no woman no cry yang udah hampir abis dan disambung dengan, "aku yang tersakiti" nya judika. lagu yang pas kita di JP lagi diputer dan dia bilang, "iki lagu senengane si N" ..........................
semacem apa ya. kayak lagunya nyindir yang kesindir gitu. ya bener sih yang tersakiti si N. tapi aku tersakiti juga lah ! saiki yo, ngene logikane, luwih sakit endi, luwih tersiksa endi, kehilangan pacar opo sahabat ? aku harap kon ngerti lah yib kelakuan e pacarmu selama ini ke semua orang yang awalnya membela dia trus dia sakiti dia sangka yang tidak-tidak jadinya malah kapok buat nolongin dia lagi.

ternyata segitu ya pentingnya kepercayaan,
kalo udah kayak gitu, ga penting siapa yang tersakiti, tapi siapa yang mendapat kepercayaan lebih...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...