Langsung ke konten utama

you. dear my future boyfriend.

ngerti didi gak? yang dijodoh-jodohin sama aku itu loh. dia kemaren nyapa aku :3
'eh miera' gituuuuuuu ih suaranya unyu deh.
sejak deryan njodoh-njodohin aku sama didi, hubungan kita jadi renggang #ehcieeeh
ngerti gak kenapa aku awal posting udah nyinggung soal didi? karena di blog ini gak cuma lagi ada satu cowok. disini udah ada .. satu, dua, tiga, kalo gak salah didi yang ke empat.
aku harus move on. dan buat move on itu aku malah gini, dari manfaatin anjing ato lebih tepatnya mainin dia, ngegoda didi kayak gitu, apalagi yang waktu itu chat sama bagas yang itutuh masa' lupa sih, pikun bet kamu ._.
dari semua itu aku cuma sayang satu HARUSNYA tapi aku sendiri gak ngerti aku sayang siapa, aku sayang semuanya. ya tapi aku gak ngerti sayangnya itu yang kayak gimana, sebagai temen ato sebagai 'itu' sampe sekarang aku pengen mikirin tapi males. apalagi tadi bu yanti sang guru matematika udah masuk kelas dan nerangin rumus matematika yang njelimet tapi aku tertarik banget. kayaknya aku jatuh cinta sama rumus itu deh, udah lama otakku berhibernasi, gak dibikin mikir pelajaran malah mikir gimana caranya bikin ikum gak dapet pertamax. eh kok jadi gini, balik ke topik awal.
pada dasarnya, dari kesemua cowok itu termasuk someone 'special' sama abang, mereka sama-sama punya sifat yang bikin aku melting. dewasa. mereka sama-sama dewasa. ini .. terlalu ironis buat diceritain. aku gak paham lagi sama jalan hidupku sendiri.
aku yang dulu perfeksionis punya hidup yang lurus-lurus aja jadi berandalan gak punya tanggung jawab yang mendadak sangat beruntung dipilih menjadi ketua kelas dan bermisi menjadikan anak buahnya bajingan kelas berat.
aku capek banget sama semuanya, capek dengan kegakjelasan hidupku ini, mau gimana lagi, aku sendiri gak ngerti harus ngapain. berhenti sama semuanya? anjing, didi, bagas? trus gimana? ke abang? bitch.
nyoba bikin hidupku lebih baru? dengan cara apa? semua bidang yang aku kerjain sekarang itu punya proyek tapi sekarang pas aku ngerjain proyek itu, ternyata .. PROYEK ITU GAK ADA.
ngerti maksudnya? aku udah ngerjain sampe tengah, latihan nyanyi tiap hari, bikin novel, fokus nulis, belajar matematika. TERUS APA? ternyata kayaknya aku mau gak jadi nyanyi di api unggun, ketika aku nulis novel aku gak ngerti itu mau ku apain.
bingung, cuma itu. aku gak ngerti harus ngapain lagi di hidupku, aku butuh orang yang .. bikin hidupku lebih berwarna. dear my future boyfriend. just boyfriend. cuma pacar. sejauh ini itu. karena aku ngerti aku butuh banget orang yang bikin hidupku berwarna sekarang bukan nanti pas aku udah mulai kepala 2. dear my future boyfriend, come on .. make my day. ih keminggris banget aku, bener gak sih ini? ._.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...