Langsung ke konten utama

horeeee

sebenernya aku sendiri juga gak ngerti ngapain ngasih judul posting ini hore begitu. padahal ya biasa aja sih.
besok aku lomba nyanyi di MOG lante 3. duh lengkap bet ini informasinya. minta doa ya ceman-ceman, latihan nya udah susah sih ._.
aku puengeeeen latian listen lagi tau gaaak. kalo di rumah kurang puaaas. pas aku bisa gini kok malah ganti lagu --.--
aku makin suayaaaang sama bagas :3
eh nyambung gak sih? biarin wes pokoknya gitu, abis nya bagas makin baik jugak.
kata anak-anak juthig bagas punya hape loh :O
tapi kayaknya aku gak mau punya nomernya deh. sekali pun punya aku gak mau smsan.
aku sukaaaaaaa sama bagas soalnya dia deket sama aku gak cuma di dunia mayaaaaa.
iya sih bagas suka nyuekin aku, suka bilang aku mupeng, banyak deh. tapi gitu-gitu kalo aku curhat bagas juga tetep dengerin kooook. bagas kalo dengerin aku trus ngasih saran pake logika, gak pake perasaan jadi asal jeplak aja. kalo dia lagi gak mood buat dengerin aku ya dia langsung bentak aku.
waktu itu dia juga bantu aku pas ulangan mat. kita ngerjain ulangan bareng di belakang juthig, sama jangkriknya virza. ulanganku baguuuus. kata bagas anggep aja itu kerjaku sendiri ._.
iya sih bagas agak slengekan, ya enggak agak sih. banget malah. tapi karena slengekan nya itu bagas malah gak bikin aku jaim. soalnya aku lebih slengekan dari bagas dan bagas ngerti itu.
eh apa sih ini dari kemaren-kemaren kok bagas terus. menye-menye banget aku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...