Langsung ke konten utama

ini semua soal 'someone special' saya , jangan muak denger ceritanya

ngerti 'someone special' saya kan ? enggak , saya nggak akan bilang namanya sapa , biar jadi rahasia :p
yang hari ini mau saya jelaskan hanya soal bagaimana dia dan kehidupannya , sound's good .

kita mulai dari mana ? namanya ? udah nggak usah mancing - mancing , namanya akan membuat anda kesusahan untuk mencari di buku sejarah kelas 1 SMP yang mungkin sudah terlonggok di sudut kecil kardus berdebu dan terperangkap dalam jejaring laba - laba , makanya sia - sia kalau saya beri tahu ciri - cirinya . Intinya begini , dia kakak kelas saya , terkenal ? enggak juga , namanya lucu , kelas 9 rsbi setelah dua sebelum empat . ganteng enggak , jelek enggak , keren pokoknya , haha

dia tinggal di sebuah daerah yang menurut saya mbulet sekali , waktu itu pernah pulang bareng tapi enggak ngobrol , angkotnya penuh . temen saya ngakunya pernah dimarahin dia loh , soalnya temen saya nggosip pas waktu itu lagi bulan romadhon , katanya gini , "nggosip ae rek ! poso" nggosipi uwong" , percaya enggak percaya temen - temen saya sehabis itu diam seribu bahasa , tidak tahu apa yang harus dikatakan setelah sedikit teguran dari kakak kelasnya tersebut , sudahlah kawan , dia tidak seperti apa yang kamu bayangkan .

kayaknya yaa , dia tipe orang yang nggak mau dapet hadiah sebelum berusaha , ngerti kan ? jadi dia menjadikan barang tersebut jadi targetnya . dia punya satu adek , namanya Berlin , waktu itu dia sms pake nomer adeknya , kayaknya adeknya pernah sms saya deh , bener o.O (tapi enggak tau juga sih)

dia juga sering baca buku - buku berat , jadi kalo saya ngomongin buku - buku novel yang saya baca dia pasti ngerti ini itunya . ngomongin film juga nyambung , apalagi dia juga nyaranin les bahasa lewat internet barusan . satu - satunya kelebihan nya dia juga lagi belajar bahasa jerman , entah kenapa ayah saya tertarik dengan manusia - manusia yang tertarik pada bahasa jerman , paham nggak ? gara - gara cerita soal dia , sekarang ayah saya suka ngirim - ngirim sms buat di forward ke dia , contoh : "was macht Du am Wochenende ?" , "wenn Du zeit hast konnen wir veilleicht etwas unternehmen ?" oke , mungkin kehadirannya di kehidupan saya membawa banyak dampak positif , alhamdulillah .

selama beberapa minggu pacaran (iya , masih dalam hitungan minggu) kami belum pernah jalan bareng , kecuali waktu di sekolah itu , itu pun cuma ngejelasin soal paginya yang soal saya dateng telat bukan karena mbangkong tapi enggak ada yang nganter , abis itu dia pulang . pas dulu mau jadian juga mau jalan trus enggak jadi , dia malah kehujanan , kasian banget deh , sumpah , tapi abis gitu malemnya kita chat di facebook trus nggak ngerti gimana tiba - tiba begini :

dia : "jadi gimana enaknya ? jadian enggak ?"
saya : "oke , kita jadian"


sesimpel itu dua anak manusia membangun komitmen (ecie , membangun komitmen katanya)

tadi dia juga ngajak jalan , tapi berhubung tadi saya jalan dan saya lagi enggak enak badan jadi ya saya enggak mau , tau alasan saya ? masa pemulihan kestabilan budget (kok keliatannya pinter banget gitu) .

makasih buat pengorbanannya selama ini dari ujan - ujan pas dulu mau jalan pertama kali , trus kapan lagi ya ? oiya , kemaren pas pagi - pagi rela mondar mandir di depan kelas buat nyari saya , nungguin saya pulang (yang terakhir enggak ngerti disengaja apa enggak)

makasih ya .. 'someone special' ku :)
(sampe dijadiin status loo)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...