Langsung ke konten utama

celebrate.

eaaaaa, 20 followers dan 3048 pengunjung yang mungkin dobel-dobel. makasih yaw untuk semuanya yang berani membuka blog ini meski sudah jelas sangat tidak penting sekali isinya.
jadilah aku, disini, masih di depan laptop mengingat esok harus berangkat pukul setengah delapan pagi buat UTS di 93 lagiiii. baru nyadar deh ya, dari dulu test masuk RSBI sampe sekarang kelas 8 ujiannya tetep disana-sana aja. dari contoan sama bagas sampe contoannya sama dede dan andri tetep disana terus. haha. dari jaman si anu sampe si ini teteeeep aja disini.
well, hari ini, jadi dua-anak-terlantar-karena-kakaknya-kuliah bareng dora. mbak dinda kuliah, masku kuliah. HA! dungaren ya masku. pulang sama pasukan bodrex haha yang tiap harinya mengguncang ckl itu haha. kami terdiri dari, prasmudeo a.k.a deco, edo, dede, hermawan, beserta pia dan saya berjuang menggulingkan angkot bulukan itu haha.
edo cama epong eapz ciye. maaaaaaaaakin gak direwes. tapi aku percaya lah yaw epong gak gitu-gitu amet, emangnyaaaaaa.... ups.
hari sabtu ada acara berPH ria bersama lita dan entah-siapa-lagi aku kok penasaran orzo pasta itu ya? pengen ituuuu. lita seh pengen salad nya. intinya sama lah yaw, kita memiliki tujuan serta visi misi yang terarah. plis rek aku ini kenapa dari tadi kok..
lagi tergila-gila dengna quote yang, 'ketika ia diam, ia bukan tidak peduli, tapi ia sedang sibuk memikirkan sesuatu' dan yang jelas gak mikir bokep lah haha. <--- ketawa pasrah.
malang lagi panas abis kayak oven. bentar lagi tinggal makan rumput sambil ngembek udah jadi kambing oven, makasih tapi kambing oven gak ada yang pake deodorant nike yang longlasting extreme ya haha. dan kambin oven gak sempet nyukur bulu ketek juga HAHA.
lalu apa ya? ah sudahlah segitu saja. silahkan menikmati esok hari kalian yang indah cemanceman. saya akan menjadi obat nyamuk di dunia saya sendiri. terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...